Ditulis oleh : Trisnawati, S.Pd.
Menjadi Guru di masa kini adalah sebuah tantangan bagi saya, dituntut mendidik anak tetapi belum memiliki anak, dituntut menjalin komunikasi dengan orang tua yang sudah berpengalaman mendidik anak sedangkan saya sendiri belum berpengalaman dalam hal tersebut.Kita dituntut bukan saja menjadi pengajar/penyampai informasi tetapi dituntut untuk menjadi pendidik kepada anak yang telah dipercayakan kepada kita.Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, kemampuan dalam hal ini bukan hanya sekedar ranah pengetahuan saja tetapi pada ranah kepribadian peserta didik.
Kurang lebih 5 tahun saya bergabung di dalam dunia pendidikan melalui lembaga pendidikan Yayasan Paulus Makassar.Berdinamika di dalamnya membuat saya memahami hal mendasar bahwa Guru adalah orang yang paling penting dalam mencerdaskan kehidupan manusia, namun demikian belum dapat dikatakan bahwa semua guru dapat menjadi Inspirasi bagi peserta didiknya.
Ketika ditawarkan oleh ketua yayasan untuk membuat tulisan tentang pendidikan, saya mencoba mengeksplorasi pengalaman mendidik saya di SMP Katolik Sudiang dan mendapat inspirasi dari sebuah jurnal mengajar yang saya buat khusus untuk melihat perkembangan karakter anak didik saya khususnya di kelas IX B.Dari banyak tulisan saya terinpirasi dengan seorang anak yang memiliki latar belakang keluarga yang berbeda dengan yang lainnya.Rasa Iba pernah muncul di dalam benak saya ketika orang tua anak ini dengan tegas mengatakan bahwa anak tersebut bukanlah anak kandung.Saya memulai petualangan saya dengan mendidik anak ini layaknya keluarga sendiri, dan dari dinamika itu saya mencoba menjabarkan bahwa anak yang dinilai nakal tidak selamanya nakal, dan peran mendidik kita sangat berpengaruh dalam mengarahkan karakter peserta didik kita.
Mampu menjadi inspirasi peserta didik adalah guru yang sebenarnya.
Pendengar yang Aktif
Menjadi pendengar yang aktif sadar bahwa semua peserta didik seberapa pun pendiamnya, ia senang didengar dan senang jika diminta berbicara.Saya adalah Guru di salah satu SMP Yayasan Paulus Makassar, dari pengalaman ini saya mendapatkan bahwa anak yang terhalang aspirasinya di kelas biasa menyuarakan unek – uneknya lewat situs jejaring sosial, hal ini berarti sudah menjadi naluri bagi peserta didik kita sekarang untuk didengar dan bersuara.
Tegas namun tetap menghargai usaha peserta didik
Realita yang ada jika memberi tugas, masa akhir pengumpulan tugas harus tegas.Sering kita Guru mengukur ketegasan dengan ketat dalam batas waktu pengumpulan tugas, padahal bukan soal batas waktu yang paling penting, karena jika ini yang menjadi tujuan utama, peserta didik cenderung mengumpulkan tugas dengan apa adanya dengan mengejar dead line
Untuk mengatasi hal ini saya mencoba membangun dialog mengenai jalannya pengerjaan tugas, peserta didik akan senang menceritakan prosesnya.sambil mendengarkan kitapun jadi bisa mengerti jika ada peserta didik yang meminta negosiasi mengenai batas pengumpulan tugas.Asal waktunya masih mungkin dan demi hasil yang lebih baik kenapa tidak?.
Kenyamanan yang baik adalah membuat suasana belajar mengejar segar dan Inspiratif
Hadir sepenuh jiwa
Di mana saja kita berbicara dengan peserta didik kita, berusahalah membuat ia menjadi fokus utama.Jangan berpikir masalah di rumah ketika berada di sekolah dan sebaliknya jangan berpikir tentang masalah di sekolah ketika sedang bersama keluarga di rumah.Hadir dengan seluruh jiwa raga berarti kita memberikan waktu yang berkualitas dan waktu yang berkualitas akan membangun kepercayaan.
Cerdas Menghukum????
Idealnya, penghargaan dan hukuman diberikan secara berimbang.Pujian lisan maupun tertulis adalah wujud penghargaan.Sebagai orang tua kedua kita pun didorong untuk memberikan hukuman yang cerdas sekaligus mendidik yang bermuara pada penggalian potensi peserta didik, serta menumbuhkan rasa percaya didik peserta didik.Sebagai contoh dari pengalaman yang pernah saya lakukan menghukum peserta didik yang melanggar peraturan sekolah dengan mempercayakan kepada anak tersebut menjadi petugas upacara yang secraa rutin kami lakukan di setiap hari senin dalam setiap minggu, setelah mereka menunaikan tugas itu dengan baik maka mereka pun diberi pujian atau apresiasi sebagai bentuk reward.
Saatnya memberikan Hukuman yang Edukatif
Kreativitas yang memadai
Jiwa kreatifitas guru yang tinggi, akan membantu menemukan berbagai model pembelajaran baru yang cocok diterapkan di kelas atau secara umum di lingkungan sekolah.Dari jiwa ini guru akan menemukan berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan peserta didik ketika berada di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah.Kreatifitas ini akan membantu kita dalam menemukan cara mengajar dan mendidik yang baik.
Membangun diri dengan kemampuan Inovatif
Makna kata inovasi adalah pembaruan atau perbaikan dengan disertai perubahan ke arah yang lebih baik dengan cara – cara tertentu.Salah satu cara yang bisa guru terapkan dalam berinovasi adalah dengan memberikan kesempatan kepada peserta didiknya kesempatan untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, dengan cara demikian kita akan diberi kesempatan untuk menyemaikan nilai – nilai karakter hakiki.Tentunya menurut literatur yang saya baca menjadi guru inovatif ini bukan hal yang mudah, secara langsung kita dituntut menjadi guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah, kemampuan literasi, kemampuan interpersonal, keterbacaan terhadap informasi/teknologi digital, dan kemampua berpikir kritik dan kreatif.
Membangun diri menjadi Guru yang Inspiratif
Sering kita mendengar pernyataan “Bagaimana cara menjadi sosok guru yang dihormati? Jawabnya mudah: Pasang muka sangar, persiapkan suara nyaring, kemudian ancamkan nilai buruk kepada siswa jika mereka tak menghormati kita.
Lantas, apakah para peserta didik itu benar-benar akan hormat? Ya. Dengan ikhlas? Belum tentu????
Teman – teman guru yang saya kasihi…..
Sejenak, mari kita letakkan tanpa melupakan segala kitab administratif perangkat pembelajaran kita. Baik itu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, Bahan ajar, program semester (promes), maupun program tahunan (prota). Ketahuilah, sebagai pendidik, di luar ranah akademik ada area yang sifatnya universal. Saya menyebutnya domain ekstraakademik, suatu tempat pertalian relasi antara manusia dan manusia.Jadilah Inspirasi yang orientasinya bukan hanya kurikulum tetapi memiliki pandangan yang lebih komprehensif.Ini penting karena muara inspirasi adalah bangkitnya motivasi dan kebangkitan motivasi tentu akan mendorong siswa untuk semakin giat dalam belajar.
Hadirkan CINTA,
Tanpa rasa cinta, mustahil seorang guru dapat menggerakkan dirinya dan menggerakkan peserta didiknya untuk mencapai kecerdasan berakhlak mulia dan bernilai Unggul, Kreatif, berjiwa Kasih, dan Misioner.Jika seorang guru berperan seperti mesin yang mencetak kecerdasan, ia hanya akan menghasilkan generasi – generasi robotik.Peserta didik akan memahami persoalan secara tekstual tanpa memahami konteks.
Perjalanan di dunia pendidikan yang saya mulai di Yayasan Paulus Makassar mengajarkan kepada saya “Mencintai anak didik perlu kelembutan hati”.Didalam sebuah buku yang saya baca menyebutkan tiga hal penting dalam melembutkan hati.
“Aku Mencintaimu, Aku hadir untukmu, Aku Sahabtamu”
Ketiga pernyataan ini jika benar – benar kita anut, maka bagaimanapun karakter dan perilaku anak yang dihadapi dan bagaiamanapun beratnya tugas yang harus dihadapi maka kita akan mampu menanggapi, menerima, dan menghadapi secara bijak dan penuh Cinta.
Teman – taman guru yang Penuh Kasih,
Dinamika kita adalah sebuah seni, bagaiamana menciptakan dan mengkreasikan sesuatu, Seni ini perlu dipelajari dan ditekuni.Maka sangatlah baik bila kita berusaha keras dan penuh kesungguhan mau belajar untuk meningkatkan kualitas diri kita sehingga mampu menghasilkan seauatu yang baik dan bernilai Positif.
Salam Unggul, Kreatif, Kasih, Misioner.